5 Nov 2015

Awas..Ada Polisi Internet Untuk Papua


“Media Online dan Media Sosial Kontek tanah papua menjadi perhatian khusus dari menteri komunikasi dan informasi (menkoinfo) dengan memblokir sejumlah portal berita (website dan blogspot)   dan  Polisi Internet melacak kebradaan orang serta penghecker  akun (facebook,twitter) milik aktifis papua yang mempropagandakan papua merdeka dari Indonesia”

Pemberlakuan seperti ini, hanya terjadi di papua, tutur Aktifis Mahasiswa papua, Natho Pigay kepada media ini, kemarin, kamis, 4 November 2015,  siang, kata dia,bicara mengenai media ada media online dan media sosial, media online (website dan blogspot) sedangkan media sosial (facebook, twitter dan email), blog bisa daftar secara gratis lewat internet, kecuali  website dibuat oleh organisasi dan punya ijin pendirian,

kedua media ini, tutur Natho, tidak selalu lolos dari pantauwan negara, blog dan website yang visi medianya, mengancam  keutuhan negara, misalnya isinya berbauh Separatis  atau bersifat  rasial, media tersebut biasanya diblokir oleh menkoinfo dan penghecker,

 menkoinfo yang memegang tugas dan fungsi, mengawasih Internet di indonesia, pada bulan desember 2014,  menkoinfo blokir situs berita online (papuapost.com) yang dinilai propagandakan gerakan papua merdeka, pada bulan April 2015, menkoinfo juga blokir  19 situs Islam yang dinilai radikal dan keras yang dapat mengganggu keutuhan keagamaan di indonesia, jelasnya,

selain menkoinfo ada juga pengheker,  fungsinya mengontrol berita yang diposting lewat blogspot,sejauh ini sejumlah blog milik aktifis papua yang mengabarkan situasi Hak Asasi Menusia di papua, menjadi sasaran hecker blog ini, Knpb News.com, Papua Behindbar, Umagi News.com dan Suara Cendrawasih serta  Melanesia News, mereka juga membobol media sosial (akun facebook, twitter dan e-mail ) yang mengirim berita dan mengapload foto kekerasan militer terhadap orang papua, Jelas Natho,

Natho yang juga designer blog dan editor fotoshop ini, mengatakan, selain pembungkaman ruang ekspresi didunia nyata,militer atas nama negara juga membungkam ruangkan ekspresi lewat dunia maya, terbukti adanya kebijakan pemerinta indonesia meluncurkan  polisi internet (security maya) yang memantau aktifitas facebook atau twitter dan email yang menyudutkan atau mengancam negara,

Menurut Natho, kebijakan ini lebih bahaya, karena polisi internet akan  mengontrol siapa berkata apa.? Kebradaannya dimana..? kapan mengatakan itu.?termasuk identitas pemilik akun (facebook atau tiwtter) yang mencemarkan nama baik (oknum atau instituti) akan terdeteksi lewat polisi internet, menjadi justifikasi yang kemudian dikenakan pidana oleh penegak hukum (polisi) haha  

perlakukan negara  terhadap Media, terutama portal berita didaerah konflik seperti papua, sangat disayangkan, selalu di hecker dan dibajak, solusinya, Menurut Nato,  jika mau didirkan potal berita harus domain website dari luar negeri, karena website domain luar, sistem menkoinfo tidak bisa terkonect kecuali pemerintah indonesia bayar ke pembuat website.  

Blog selalu hecker dan dibajak, kata Natho, aktifis papua diharapkan  kampanye situasi ham lewat aksi nyata dilapangan, pengaruhnya lebih besar dari pada sampaikan situasi papua lewat blogspot,  lebih bagus lagi buat media cetak (majalah dan koran atau tabloid) lalu bagikan ke masyarakat papua lewat gereja supaya supaya diketahui publick, tutur Natho,

Share berita dan foto kekerasan militer terhadap orang papua lewat media sosial seperti (facebook dan Twitter) tidak selalui lolos dari pengheker dibwah kendali Bin (badan inteljen negara) dan Bais (badan inteljen strategis) jadi alangkah bagusnya, cetak berita dan foto  lalu dibagikan kepada semua orang papua sebagai renungan atau cetak foto itu bagikan supaya bisa sadar akan bahaya pemusnahan bangsa papua ditangan bangsa klonial.jelasnya

Semua diatas ini, barangkali bisa lakukan orang papua, karena kebijakan baru dari negara soal polisi internet telah kunci mati ruang gerak, ruang ekspresi, ruang demokrasi, baik melalui media online dan media sosial, share berita HAM dan upload foto kekerasan  di media, facebook, twitter suda tidak bisa diharapkan lagi, fakta ini memaksa orang papua memili jalan alternatif “mau mati atau  mau berjuang, papua merdeka,” tegasnya,

Penulis MethuCs.