“Media Online dan Media
Sosial Kontek tanah papua menjadi perhatian khusus dari menteri komunikasi dan
informasi (menkoinfo) dengan memblokir sejumlah portal berita (website dan
blogspot) dan Polisi Internet melacak kebradaan orang serta penghecker
akun (facebook,twitter) milik aktifis
papua yang mempropagandakan papua merdeka dari Indonesia”
Pemberlakuan
seperti ini, hanya terjadi di papua, tutur Aktifis Mahasiswa papua, Natho Pigay
kepada media ini, kemarin, kamis, 4 November 2015, siang, kata dia,bicara mengenai media ada media online
dan media sosial,
media online (website
dan blogspot) sedangkan media sosial (facebook, twitter dan email),
blog bisa daftar secara gratis lewat internet, kecuali website dibuat oleh organisasi dan punya ijin
pendirian,
kedua
media ini, tutur Natho, tidak selalu lolos dari pantauwan negara, blog dan
website yang visi medianya, mengancam keutuhan
negara, misalnya isinya berbauh Separatis atau bersifat rasial,
media tersebut biasanya diblokir oleh menkoinfo dan penghecker,
menkoinfo yang memegang tugas dan fungsi,
mengawasih Internet di indonesia, pada bulan desember 2014, menkoinfo blokir situs berita online (papuapost.com) yang dinilai propagandakan gerakan
papua merdeka, pada bulan April 2015, menkoinfo juga blokir 19 situs Islam yang dinilai radikal dan keras
yang dapat mengganggu keutuhan keagamaan di indonesia, jelasnya,
selain
menkoinfo ada juga pengheker, fungsinya mengontrol
berita yang
diposting lewat blogspot,sejauh ini sejumlah blog milik aktifis
papua yang mengabarkan situasi Hak Asasi Menusia di papua, menjadi sasaran hecker
blog ini, Knpb
News.com, Papua Behindbar, Umagi News.com dan Suara
Cendrawasih serta Melanesia News,
mereka juga membobol media sosial (akun facebook, twitter dan e-mail ) yang
mengirim berita dan mengapload foto kekerasan militer terhadap orang papua,
Jelas Natho,
Natho
yang juga designer blog dan editor fotoshop ini, mengatakan, selain pembungkaman
ruang ekspresi didunia nyata,militer atas nama negara juga membungkam ruangkan
ekspresi lewat dunia maya, terbukti adanya kebijakan pemerinta indonesia
meluncurkan polisi internet (security maya) yang
memantau aktifitas facebook atau twitter dan email yang menyudutkan atau mengancam
negara,
Menurut
Natho, kebijakan ini lebih bahaya, karena polisi internet akan mengontrol siapa berkata apa.? Kebradaannya dimana..?
kapan mengatakan itu.?termasuk identitas pemilik akun (facebook atau tiwtter) yang mencemarkan
nama baik (oknum atau instituti) akan terdeteksi lewat polisi internet, menjadi
justifikasi yang kemudian dikenakan pidana oleh penegak hukum (polisi) haha
perlakukan
negara terhadap Media, terutama portal
berita didaerah konflik seperti papua, sangat disayangkan, selalu di hecker dan
dibajak, solusinya, Menurut Nato, jika
mau didirkan potal berita harus domain website dari luar negeri, karena website
domain luar, sistem menkoinfo tidak bisa terkonect kecuali
pemerintah indonesia bayar ke pembuat website.
Blog
selalu hecker dan dibajak, kata Natho, aktifis papua diharapkan kampanye situasi ham lewat aksi nyata
dilapangan, pengaruhnya lebih besar dari pada sampaikan situasi papua lewat
blogspot, lebih bagus lagi buat media cetak (majalah dan
koran atau tabloid) lalu bagikan ke masyarakat papua lewat gereja supaya supaya
diketahui publick, tutur Natho,
Share
berita dan foto kekerasan militer terhadap orang papua lewat media sosial seperti
(facebook dan Twitter) tidak selalui lolos dari pengheker dibwah kendali Bin
(badan inteljen negara) dan Bais (badan inteljen strategis) jadi alangkah
bagusnya, cetak
berita dan foto lalu dibagikan kepada
semua orang papua sebagai renungan atau cetak foto itu bagikan supaya bisa
sadar akan bahaya pemusnahan bangsa papua ditangan bangsa klonial.jelasnya
Semua
diatas ini, barangkali bisa lakukan orang papua, karena kebijakan baru dari
negara soal polisi
internet telah kunci mati ruang gerak, ruang ekspresi, ruang demokrasi,
baik melalui media online dan media sosial, share berita HAM dan upload foto
kekerasan di media, facebook, twitter suda
tidak bisa diharapkan lagi, fakta ini memaksa orang papua memili jalan
alternatif “mau mati atau mau berjuang,
papua merdeka,” tegasnya,
Penulis
MethuCs.