Ditengah teriknya mata hari yang tidak memanjakan, dibawah payung berwarna biru dan merah,
seorang mama yang mengenakan pakian bertulisan “aku
papua” duduk santai menantikan barang
jualannya berlaku, disaat pembeli mulai ramai, dia sibuk melayaninya namun
ketika pembeli mulai sunyi, mama ini terlihat tadah panas dan menepis keringat
diwajahnya.
Mama tua ini, bernama lengap
Martina, merupakan ibu dari lima anak, hasil pernikahan dengan suami yang
bernama Yulius, dia sudah lama berkecimpun dalam dunia usaha kecil-kecilan “
saya sudah 12 tahun menjual barang ini ( pinang,
rokok, biscuit dan agua dingin serta
barang ringan lainnya).katanya sambil tersenyum,
tempat yang digunakan Martina, menjual
barang seperti yang disebutkan diatas, memang
bukan pasar umum, namun di halaman bandara udara, dia memanfaatkan satu tempat di sebelah kanan pintu masuk
bandara udara, bandara udara yang melayani penerbangan ke pedalaman papua seperti (Ilaga, Puncak Jaya, Paniai dan Nabire),
tiap hari orang datang dan pergi dari bandara ini, namun pendapatan
dari hasil jualan tergantung keramaian
penumpang, katanya.
pendapatan tiap hari, kata mama
itu, kalau penumpang ramai, barang jualan selalu dibeli habis, rata-rata dapat 500 ribuh, bedah
dengan penghasilan pada bulan Desember, biasanya
1juta lebih yang dapat, karena orang
ramai bepergian ke kampung ikut Natalan,
kegiatan rutin Martina sebagai
penjual barang Snack, tidak berjalan mulus, petugas
bandara udara justru larang martina dan
rekan lain jual barang di area airport, walaupun beberapa kali dilarang,
martina selalu bersi keras menolak dan tetap melakukan aktifitas seperti
biasanya, kata martina bandara ini belum buat, saya mulai jualan barang
disini, kenapa mereka larang lagi.
Enak saja, mereka larang saya , saya justru minta satu tempat di area
bandara, saya sudah ajukan proposal ke pemerintah minta buatkan pondok tempat berjualan
disini, lanjut Martina saya jual
barang diluar pagar, kenapa mereka ijinkan ibu orang makassar jual barangnya
dalam ruang tunggu, kata Martina berkisah
adu mulut dengan petugas bandara udara.
kalau petugas bandara larang jual barang snack, kata Martina silakan
carikan tempat kerja untuk suami saya
yang masih nganggur puluhan tahun, kalau tidak cari lowongan kerja, biarkan
saya mencari duit menghidupi keluargku dan
membiayai anak pertama yang sedang kuliah di Yogja, jawah
Tengah. Tutur Martina yang juga lahir besar di wamena ini.
tempat mencari nakfkah yang
terancam, kata Martina bagimana menghidupi keluarganya ditengah kota emas yang
harga barangnya naik daun tiap tahun tanpa ada kontrol dari pemerintah daerah, dan
juga bagiamana dengan biaya kuliah anaknya di jawa yang mengharapkan kiriman
orang tua tiap bulan, Martina kwatir jangan sampai terjadi seperti saya dulu di jayapura, putus kuliah karena
trada biaya, kata perempuan yang kental dengan dialek bahasa wamena ini.
Kalau hanya menghidupi keluarga,
saya bisa buat kebun di lahan, tapi biaya kuliah anaknya di jawa, menjadi beban
pikiran, terpaksa saya harus mengorbankan waktu dan tenaga hanya untuk mencari uang, tutur
Martina saat wawancarai di bandara udara kelas internasional ini.
dia habiskan waktu bukan dengan Keluarga
dirumah, namun korbankan waktu demi mencari uang, pagi keluar rumah, masuk malam di rumah, menjadi kebiasan
harian mama itu“dengan barang jualan setiap pagi mama Martina harus
menuju ke bandara udara, Mas Asal Jawa
menjadi langganan antar pulang dan pergi tiap hari,
tidak merasa capeh dan lelah, Ibu Martina justru
semangat menjaga barang jualan yang diletakan
diatas plastik putih ditempat yang tidak jauh dari pintu masuk bandara udara
itu “jual barang ini, saya biasa habiskan 8 jam, mulai jam 7 pagi,
pulang jam 3 sore,
“pulang dari tempat jualan tidak
langsung ke rumah, saya haru pergi ke pasar,
belanja barang untuk kebutuhan jualan untuk besok harinya” kata Ibu Itu dengan
nada santai.
kegiatan jualan bisanya selama lima hari, mulai dari hari senin
sampai hari jumat, sedangkan hari sabtu dan Minggu digunakan untuk istirahat bersama
keluarga di rumah “ kesetian menjual barang snack, banyak pihak akui mama ini, orang yang sedang
menunggu pesawat mau berangkat ke kampung dan juga orang yang sedang menunggu
keluarganya datang dari kampung ” mereka
mengaku mama yang jual barang snack ini, sangat
membantu ketika lapar dan haus, tidak
harus pergi beli ke pasar yang cukup jauh, kalau naik ojek harus keluarkan 20
ribuh rupiah pulang dan pergi,
Suatu ketika pulang dari tempat
jualan, sampai di rumah mama itu hitung uang,
hasil jualan yang dapat hari itu, dia
mulai keluarkan 20 ribuh, 10 ribuh, 5 ribuuh dari tasnya, uang yang penuh
dengan geta petatas ini, sambil
rapihkan, dia ambil sebuah kertas dan penah diatas lemari, mulai menulis
diatas kertas bergaris itu, “UANG HASIL JUALAN, UNTUK ANAK YANG KULIAH DI JAWA”
Setelah menulis kalimat diatas, kemudian
letakan ditengah uang yang dikumpulkan, selanjutnya keluarkan HP samsung dari
nokenya, dia mulai momotret, hasil potretnya, Mama Martina mulai upload di
facebooknya,
Foto tersebut, menuai banyak
komentar dan bagikan lewat media sosial
(facebook dan twitter), ramai perbincangkan mengenai bagimana kesetian mama ini mengorbankan
waktu dan tenaga hanya untuk mencari uang demi menafkahi keluarganya dan
terutama membiayai anaknya yang kuliah
di Jawa dengan mengandalkan hasil jualan”mama itu pahlawan, tra gampang
”
Penulis : MethuCs Alias Methu Badii