26 Nov 2015

Uang.!! Hasil Jualan untuk Anak yang Kuliah di Jawa

Ditengah teriknya  mata hari  yang tidak memanjakan, dibawah payung berwarna biru dan merah, seorang mama yang mengenakan pakian bertulisan “aku papua”  duduk santai menantikan barang jualannya berlaku, disaat pembeli  mulai ramai, dia sibuk melayaninya namun ketika pembeli mulai sunyi, mama ini  terlihat tadah panas dan menepis keringat diwajahnya.

Mama tua ini, bernama lengap Martina, merupakan ibu dari lima anak, hasil pernikahan dengan suami yang bernama Yulius, dia sudah lama berkecimpun dalam dunia usaha kecil-kecilan “ saya sudah 12 tahun menjual barang ini ( pinang, rokok, biscuit dan  agua dingin serta barang ringan lainnya).katanya sambil tersenyum,


tempat yang digunakan Martina, menjual barang seperti yang disebutkan diatas,  memang bukan pasar umum,   namun di halaman bandara udara, dia memanfaatkan satu tempat di sebelah kanan pintu masuk  bandara udara, bandara udara  yang melayani penerbangan  ke pedalaman papua   seperti  (Ilaga, Puncak Jaya, Paniai dan Nabire), tiap hari  orang datang  dan pergi dari bandara ini, namun pendapatan dari  hasil jualan tergantung keramaian penumpang, katanya.


pendapatan tiap hari, kata mama itu, kalau penumpang ramai, barang  jualan selalu  dibeli habis, rata-rata dapat 500 ribuh, bedah dengan penghasilan pada bulan Desember,  biasanya  1juta lebih yang dapat, karena orang ramai bepergian ke kampung ikut Natalan,

kegiatan rutin Martina sebagai penjual barang Snack, tidak berjalan mulus, petugas bandara udara justru  larang martina dan rekan lain jual barang di area airport, walaupun beberapa kali dilarang, martina selalu bersi keras menolak dan tetap melakukan aktifitas seperti biasanya, kata martina bandara ini belum buat, saya mulai jualan barang disini, kenapa mereka larang lagi.

Enak saja, mereka  larang saya , saya justru minta satu tempat di area bandara, saya sudah ajukan proposal ke pemerintah minta buatkan pondok tempat berjualan disini, lanjut Martina  saya jual barang diluar pagar, kenapa mereka ijinkan ibu orang makassar jual barangnya dalam ruang tunggu, kata  Martina berkisah adu mulut dengan petugas bandara udara.

kalau petugas bandara larang  jual barang snack,  kata Martina silakan carikan  tempat kerja untuk suami saya yang masih nganggur puluhan tahun, kalau tidak cari lowongan kerja, biarkan saya mencari duit menghidupi keluargku  dan  membiayai anak pertama  yang sedang kuliah di Yogja, jawah Tengah. Tutur Martina yang juga lahir besar di wamena ini.

tempat mencari nakfkah yang terancam,  kata Martina bagimana menghidupi keluarganya ditengah kota emas yang harga barangnya naik daun tiap tahun tanpa ada kontrol dari pemerintah daerah, dan juga bagiamana dengan biaya kuliah anaknya di jawa yang mengharapkan kiriman orang tua tiap bulan, Martina kwatir jangan sampai terjadi seperti  saya dulu di jayapura, putus kuliah karena trada biaya, kata perempuan yang kental dengan dialek bahasa wamena ini.

Kalau hanya menghidupi keluarga, saya bisa buat kebun di lahan, tapi biaya kuliah anaknya di jawa,  menjadi beban pikiran, terpaksa saya harus mengorbankan waktu dan  tenaga hanya untuk mencari uang, tutur Martina saat wawancarai di bandara udara kelas internasional ini.

dia habiskan waktu bukan dengan Keluarga dirumah, namun korbankan waktu demi mencari uang, pagi  keluar rumah, masuk malam di rumah, menjadi kebiasan harian mama itu“dengan barang jualan setiap pagi mama Martina harus menuju ke bandara udara,  Mas Asal Jawa menjadi langganan antar pulang dan pergi tiap hari,

 tidak merasa capeh dan lelah, Ibu Martina justru semangat menjaga barang jualan yang diletakan diatas plastik putih ditempat yang tidak jauh dari pintu masuk bandara udara itu “jual barang ini, saya biasa habiskan 8 jam, mulai jam 7 pagi, pulang jam 3 sore,

“pulang dari tempat jualan tidak langsung ke rumah, saya haru pergi ke pasar, belanja barang untuk kebutuhan jualan untuk besok harinya” kata Ibu Itu dengan nada santai.

 kegiatan jualan bisanya selama lima hari,  mulai dari hari senin sampai hari jumat, sedangkan hari sabtu dan Minggu digunakan untuk istirahat bersama keluarga di rumah “ kesetian menjual barang  snack, banyak pihak akui mama ini, orang yang sedang menunggu pesawat mau berangkat ke kampung dan juga orang yang sedang menunggu keluarganya datang dari kampung  ” mereka mengaku mama yang jual barang snack ini, sangat membantu ketika lapar dan  haus, tidak harus pergi beli ke pasar yang cukup jauh, kalau naik ojek harus keluarkan 20 ribuh rupiah pulang dan pergi,

Suatu ketika pulang dari tempat jualan, sampai di rumah  mama itu hitung uang,  hasil jualan yang dapat hari itu, dia mulai keluarkan 20 ribuh, 10 ribuh, 5 ribuuh dari tasnya, uang yang penuh dengan geta petatas ini, sambil  rapihkan, dia ambil sebuah kertas dan penah diatas lemari, mulai menulis diatas kertas bergaris itu, “UANG HASIL JUALAN, UNTUK ANAK YANG KULIAH DI JAWA

Setelah menulis kalimat diatas, kemudian letakan ditengah uang yang dikumpulkan, selanjutnya keluarkan HP samsung dari nokenya, dia mulai momotret, hasil potretnya, Mama Martina mulai upload di facebooknya,

Foto tersebut, menuai banyak komentar dan bagikan  lewat media sosial (facebook dan twitter), ramai perbincangkan mengenai bagimana kesetian mama ini mengorbankan waktu dan tenaga hanya untuk mencari uang demi menafkahi keluarganya dan terutama  membiayai anaknya yang kuliah di Jawa dengan mengandalkan hasil jualan”mama itu pahlawan, tra gampang ”

Penulis : MethuCs Alias Methu Badii