Oleh : Methu Cs Badii
Cerita ini unik bagaimana orang di luar sana ikut merasakan tentang apa yang terjadi dan dialami orang Papua selama 50an tahun. Bukan soal suku, ras, agama tetapi benang merah menyatunya rasa Jeremy Bally adalah kita satu manusia. Jeremy Bally (25) memberikan tenaga, waktu dan pikirannya secara unik untuk orang Papua dengan keliling 7 negara dengan sepeda. Ia memberi perjalanan panjang yang disebut, "Pedailing for Papua".
Cerita ini unik bagaimana orang di luar sana ikut merasakan tentang apa yang terjadi dan dialami orang Papua selama 50an tahun. Bukan soal suku, ras, agama tetapi benang merah menyatunya rasa Jeremy Bally adalah kita satu manusia. Jeremy Bally (25) memberikan tenaga, waktu dan pikirannya secara unik untuk orang Papua dengan keliling 7 negara dengan sepeda. Ia memberi perjalanan panjang yang disebut, "Pedailing for Papua".
Sejak tahun lalu (2012), Bally berbicara
di gereja, festival, kedai kopi,
ruang keluarga di Kanada tentang bagaimana 300 lebih suku di
Papua tidak hanya mengidentifikasi diri hanya sebagai orang Dani,
Lani, Korowai, Mee, Moni, Marin, Ayamaru, Biak, dan lainnya. Tetapi, kata dia,
telah juga mengatakan diri sebagai satu bangsa dan berjuang untuk
menentukan identitas mereka sebagai manusia.
Seperti dikutip thevalleyvoice.ca, penyebab utama
perjuangan orang Papua adalah apa yang
banyak pengamat juluki sebagai genosida gerak lambat yang mereka
alami saat ini dan tentu identitas merupakan tema yang menentukan
perjuangan Papua Barat.
Pada perjalanan tahun lalu itu, Bally telah
menarik Lush Cosmetics sebagai sponsor utama. Lush mendanai perjalanan enam bulan ke depan ke 7 negara,
Kanada, Timur Laut Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Irlandia, Selandia Baru, dan akan berakhir
Australia. Perjalananan ini telah ia awali dari Montreal, ibu kota
Canada ketika itu 30 Juni 2013,
Unik memang, sepedanya yang Bally gunakan
untuk keliling ke nagara-negara itu. Di belakangnya telah ia pasang
bagasi untuk penyimpan persediaan makanan, diapit bendera Kanada dan bendera
Papua, Bintang Kejora. Membawa serta proyektor, laptop, dan ukulele, sesekali
berhenti untuk memanjat pohon. Tidak
hanya sepedanya yang unik. Cara Bally mengatakan tentang kondisi
Papua saat ini dan bagaimana keinginan orang Papua saat ini ke
negara-negara itu juga unik.
Dalam perjalanan itu, Bally berhenti di mana
saja terdapat gereja, festival, kedai kopi, atau bahkan ruang keluarga. Di
sana, ia menyiapkan peralatan presentasinya untuk menceritakan kisah rakyat
Papua Barat dengan bantuan proyektornya.
Pemutaran film, puisi, lagu-lagu dengan
diiringi ukulele tentu memiliki daya tarik universal untuk segala
usia dan latar belakang. Lagu milik Arnold Ap merupakan salah satu dari 5 lagu di Pedalling untuk Papua.Dengan cara yang unik, Bally mampu
memberitahu kepada semua orang yang ia jumpai tentang bagaimana orang Papua mengalami kekerasan negera selama 50 tahun lamanya
dan tidak banya diketahui dunia internasioanl.
Dikutip leaderpost.com, Bally mengatakan, diperkirakan 100.000 - 500.000 orang Papua Barat telah
tewas sejak pendudukan, meskipun jumlahnya sulit untuk mengkonfirmasi karena
kontrol pemerintah yang ketat dan larangan media mencekik. Memperjuangkan
kemerdekaan secara damai seperti pengibaran bendera Papua Barat atau menyerukan
hak asasi manusia ditekan oleh Indonesia.
Genosida gerak lambat adalah "konflik dunia yang
paling dilupakan" dan "pembunuhan massal" adalah beberapa
istilah yang telah digunakan ahli untuk menggambarkan situasi.
Bocoran video diposting di YouTube penyiksaan,
pembunuhan, dan penyalahgunaan Papua Barat oleh tentara negara menunjukkan
realitas mengerikan dari istilah-istilah ini.Dikatakannya, kondisi ini bisa terjadi mungkin karena
Papua Barat memiliki sejumlah besar sumber daya alam, termasuk beberapa tembaga
terbesar di dunia dan tambang emas.
Kondisi ini belum banyak
didorong ke tingkat internasioanal. Dalam kondisi ini, bagi Bally, peningkatan
kesadaran dan aksi solidaritas politik Papua Barat mendesak. Tantangan kampanye ini dan dengan kampanye
tentang isu-isu internasional secara umum selalu membuat isu-isu
dan orang-orang jauh dari kita merasa dekat, jika tidak secara fisik, dalam
jiwa.
Maka, dengan Pedailing for Papua,
Bally mengatakan, ia benar-benar
bisa menjelaskan kepada orang bagaimana ia datang untuk mendedikasikan diri
untuk Papua, dan memberikan mereka kesempatan untuk berpikir tentang bagaimana
mereka dapat menemukan jalan masuk ke sesuatu yang jauh.
Saya mengambil sikap pribadi sebagai
warga dunia. Kita perlu pendukung internasional untuk mendedikasikan diri untuk
ini. Indonesia menginvasi wilayah tersebut pada tahun 1962, dan pada tahun 1969
memerintahkan Papua Barat-sebagian besar di bawah todongan senjata-untuk
memilih integrasi dengan Indonesi,dikutip leaderpost.com.
Papua Barat adalah sebuah
provinsi yang meliputi setengah bagian barat New Guinea, pulau terbesar kedua
di dunia, yang terletak beberapa ratus kilometer sebelah utara Australia."Saya pribadi berjuang
dengan melibatkan diri untuk masalah ini sepanjang waktu. Cerita ini harus
diberitahu, dan akan Ini arti bahwa kita bisa melakukan sesuatu
bersama-sama karena kita adalah satu, manusia,
kata Bally dikutip freeinews.com.
Siapa Jeremy Bally? Jeremy Bally lahir dan dibesarkan di pantai barat Kanada. Ia seorang pengendara sepeda dan musisi. Bally pertama kali mendengar
tentang Papua Barat melalui seorang teman yang peduli. Lebih dari dua
tahun ia terlibat dengan masalah ini.
Lalu,
visi untuk Pedalling untuk Papua mulai terbentuk. Pada tahun 2011, ia terbang
ke Indonesia untuk melihat langsung apa situasi di lapangan, Papua
Barat. Ia melakukan wawancara dengan banyak orang selama periode minggu 5. Lalu, ia tiba kembali di rumah dan mulai
persiapan untuk kampanye pertama.
Pengalamannya di Papua Barat ia kemas dalam presentasi
multimedia, dan bersepeda itu 7500 kilometer di Kanada. Ia mendidik ribuan
warga Kanada tentang hak asasi manusia, lingkungan dan situasi politik di Papua
Barat.
Diketahui,
kampanye tentang kondisi Papua dilakukan Koordinator Diplomasi Internasional
Papua Barat, Benny Wenda belum lama ini bebarapa Negara. Dalam perjalanan "Freedom Tour" ini, Benny Wenda ditemani Pengacara HAM
Internasional, Jennifer Robinson dan penasihat hukum Julian Assange.
Penulis adalah Aktivis & jurnalis Warga