4 Jun 2016

Timika (tiap minggu kacau) siapa Aktornya.?


Tiada hari tanpa kekacauan, begitulah situasi kota timika, kadang terlena dengan apa yang selalu terjadi, tapi itulah fakta yang harus terima sebagai konsekuensi kenapa kita hidup, bukan berarti diajak terima kenyataan buruk sebagai resiko kenapa kita ada ditimika, namun lebih pada bagimana kita merespon situasi ketika kita diperhadapkan dengan berbagai gejolak yang mengancam hidup,

banyak kalangan biasa istilahkan kota timika dengan berbagai argument terkait“terancamnya kenyamanan hidup bagi warga” yang hampir tiap hari bahkan tiap minggu tidak pernah sunyi dari konflik dan kekacauan,Timika “tiap minggu kacau” kalimat tersebut, belakangan ini  menjadi buah bibir orang-orang ditanah amungsa dan bumi kamoro ini,

ada yang artikan mimika“mingu-minggu kacau” ada yang justru klaim timika harus ganti jadi  timidatiap minggu damai” tampaknya semua orang terjerumus dalam kedua istilah diatas, tanpa melihat siapa yang jadi aktor dibalik“kekacauan antar kelompokyang selalu timbul dan tenggelam di timika.

kebanyakan orang menilai konflik antar kelompok tersebut tanpa ada keterlibatan aktor tertentu dan justru persalahkan kelompok yang terlibat dalam konflik, padahal ada pihak dan aktor  tertentu yang sponsor semua rangkaian  konflik sehingga kekacauan yang sama, selalu  timbul dan tenggelam dalam waktu yang tidak terlalu lama,

timbul dan tenggelamnya kekacauan, menurut analisa penulis, bukan  konflik antar suku, tapi kekacauan antar kelompok, karena yang terlibat dalam kekacauan adalah kelompok yang dimanfaatkan oleh actor tertentu untuk meloloskan kepentingannya,

“aktor tersebut merancang strategy  konflik ditengah masyarakat dengan tujuan merebut kepentingannya, konflik antar masyarakat local (7 suku) dan konflik antara pendatang dengan pendatang,juga konflik antara orang papua dan orang indonesia” hal tersebut dilakukan oleh aktor tententu dengan kepentingan yang berbeda, misalnya kepentingan kekuasaan  (jabatan politik),kepentingan  bisnis (project) dan kepentingan penguasaan wilayah (penjajahan),menanggapi situasi ini, belum lama ini,penulis wawancara seorang tokoh pemuda asal timika,

Minus M, menjelaskan terkait situasi timika yang tidak pernah aman dan selalu ada kekacauan, karena ada aktor tertentu bermain dibalik layar, dia rancang peta konflik, dalam peta konflik  ada yang jadi  pemain, ada yang jadi wasit dan juga yang jadi eksekutornya, mereka ini satu sindikat yang mainkan sebuah isu dirubah jadi sebuah konflik ditengah masyarakat,

Hal tersebut, menurut minus, pernah terjadi di kawamki lama, timika pada saat konflik antar  kelompok “Dani vs Damal” pertikaan kedua pihak ini, ada oknum KT yang menjadi aktor, dia yang rancang konflik antara warga untuk merebut kekuasan (politik)  karena saat itu, oknum tersebut calon bupati mimika, hal tersebut dilakukan karena  sulit menyedot dukungan masyarakat setempat,
“setelah ciptakan konflik, fasilitasi konflik dan amankan konflik yang penting mendukung jadi menjadi bupati, terbukti selama konflik dia  suplay makanan dan bayar uang kepala kepada orang yang korban dalam perang antar kelompok tersebut”

waktu itu, kata minus hamburkan uang “jutaan bahkan milyaran rupiah” kepada sejumlah  orang yang mendukung kepentingan aktor tersebut, sebagian dana kepada “pemain konflik (profokasi warga yang bertikai ),sebagiannya kepada  Wasit dalam konflik (media cetak dan online dan aparat keamanan) yang bangun isu dan pura-pura  awasi masyarakat yang bertikai tapi  justru kurung kedua kelompok disatu tempat, supaya  kedua kelompok dalam jarak yang dekat baku makan/baku panah/baku tikam dll), sebagianya dana diberikan kepada  eksekutor konflik ( pihak MDS yang drop orang yang korban ke tempat yang dikhususkan sebelumnya

misalnya kelompok dani tampungkan di RSUD. Sp1 Timika, sementara kelompok Damal drop di RS Caritas, Sp5 timika, jelas Minus menggambarkan permainan peta konflik di kota timika,
belajar dari pengalaman kata Minus, konflik antra kelompok (Mee Vs Dani) dan  Key Vs Bugis, Key Vs Toraja, ini semua  permainan oknum tertentu yang punya pengaruh dipublik, semua dianggap gampang asal ada uang, aktor tersebut tidak pernah berpikir manusia yang dikorbankan lebih berharga dari pada uang yang dia digunakan merebut kepentingannya,

khusus konflik antara (Mee vs Dani) yang terjadi di Sp13 tepatnya di jalan trans timika-paniai, pihak aparat (bri dan kopas) yang bermain dibalik konflik, konflik tersebut dicipatkan karena adanya penolakan projek kelapa sawit yang terlatak di wilayah Suku Mee,pihak aparat sudah baca situasi tersebut,kemudian pihak aparat peralat suku dani bertikai dengan suku Mee,selama konflik berlangsung pihak aparat ada dibalik suku dani, terbukti  pihak aparat “drop beras dan hamburkan duit”  kepada kelompok dani di tempat pertikaian

pertikaian antara kedua kelompok dimanfaatkan oleh pihak aparat untuk loloskan projek kelapa sawit, saat ini projek kelapa sawit di sp13 berjalan lancar tidak ada pihak yang dipersolkan kehadiran proyek tersebut yang sedang dikerjakan oleh salah satu perusahan ilegal milik bri/kopas,

semua konflik yang terjadi beda motif tapi satu tujuan  untuk merebut kepentingan,khusus Konflik Key Vs Toraja, menut penulis, ada kaitan  dengan "persoalan jabatan politik dibirokrasi” ada oknum bernama “Bass” yang bermain di balik pertikaian , Bass punya niat lengserkan atasanya (Leng) dari jabatan politik, niat lengserkan atasan dari jabatan politik muncul akibat merasa tidak dihargai sebagai bawahan yang mempunyai kewenangan dalam mengatur dana APBD dan Projek  termasuk kewenangan membagikan jabatan dibirokrasi, sejauh ini Bass berupaya membangun citra buruk kepada atasan lewat sejumlah media baik online maupun media cetak,


“berita yang menyudutkan Leng oleh Bass  selalu picah dihalaman depan sejumlah koran yang ada di timika, Bass mulai beropini tentang atasan mulai dari disiplin kerja sampai krediblitas atasan sebagai pemimpim publik yang jarang berada di kantor,semua tindakan Bass sudah coba lewat media cetak untuk mempengaruhi pikiran publik, namun tidak berhasil memancing emosi masyarakat untuk memperkuat niat Bass yang mau lengserkan atasanya dari jawaban politik”

ketidak berhasilan Bass atas niat lengserkan Leng membuat Bass berpikir dua kali dengan cara lain, cara lain yang dia  tempu yaitu “ciptakan konflik ditengah masyarakat” hal tersebuat dia lakukan karena  cara ini tentu menjadi perhatian publik dan isu yang kemudian menjadi konflik ujung2nya nama Leng yang akan disebutkan,

“bass yang berasal dari  salah satu kelompok yang bertikai, dia mulai mengungkit pernyataan Leng sebelum dia terpilih menjadi pejabat publik, menurut catatan penulis, Leng pernah berkata begini “kelompok yang kacaukan timika, muat di container lalu buang ke laut ” pernyataan Leng ini dijadikan cela oleh Bass untuk menyerang atasanya, terbukti saat ini, beberapa hari setelah konflik (Key Vs Toraja) picah kota timika, kenyamanan masyarakat jadi terancam dan mulai bertanya2 kenapa konflik ini tidak ada tanda2 barakhirnya”

masyarakat juga mulai bertanya, adakah pemimpin dinegeri ini, kenapa tidak tangani segera agar situasi tegang ini bisa redah kembali, kenapa aparat keamanan yang turun di lokasi konflik justru jadi “wasit” bukan sebagai “pengyom masyarakat” lihat tindakan aparat keamanan, tampaknya “Bass sudah intruksikan aparat untuk perkeruh situasi sampai ada tanggapan dari Leng sebagai pemimpin dinegeri ini” itu sebabnya,   tindakan aparat dilapangan seakan wasit, hal tersebut dilihat dari sikap aparat yang hanya hanya berjaga-jaga tanpa menangkap aktor atau profokator kkonflik kedua kelompok tersebut, soal ini dinilai sebuah scenario pihak Bass peralat aparat  memancing Leng turunkan uang untuk amankan konflik kedua kelompok ini,

Leng sebagai (pengambil kebijakan) yang juga adalah putra daerah timika, memanggil kedua kepalah suku dan kepala pengacau dan dilakukan pertemuan tertutup dan sepakat untuk damai kembali,keinginan Bass terhadap Leng yang lengserkan jabatan politiknya sudah terwujud,tindakan Bass telah berhasil karena saat ini masyarakat tidak percaya kepemimpinan Leng karena tidak tepati perkataan sebelum dia jadi pemimpin “kelompok yang kacaukan timika, muat di container lalu buang ke laut”Bass sudah memperburuk citra Leng di mata publik,ini menjadi menjadi justifikasi lengserkan Leng dari jabatan politiknya,


dalam wilayah didiami ribuan suku dan bangsa sangat gampang bangun sebuah isu kemudian menjadi konflik, apalagi  ditimika ada 5 koran harian mengiurkan sebuah isu berbauh rasis (suku dan agama) sangat rentang dalam wilayah didiami oleh berbagai suku, apalagi di timika “selain 7 suku, ada 300an suku papua, belum termasuk bangsa indonesia (sabang sampai amboina) yang sedang kuasi tanah mimika dan jajah papua dengan cara cipatakan konflik untuk meloloskan projek, juga kekacauan diciptakan ditengah masyarakat local dan papua untuk mematahkan kesatuan dan persatuan agar tidak ada perlawanan dan untuk memuluskan penjajahan dengan motif yang berbeda yang mainkan oleh actor yang berbeda atas kepentingan tertentu, (Penulis : Methu Badii).