24 Jan 2017

Wanita”Aneh”di Deiyai

“saya mau ikut mama, tutur seorang wanita yang ikut dari belakang ketika  mama itu pulang dari pasar wakeitei setelah jual tebu yang diambil dari kebun dibalik rumah”

permintaan wanita tersebut, tidak digubris mama tersebut. selain karena tidak kenal, tidak mau sibuk dengan orang lain, jadi  jalan saja  dari pasar  ke pelabuhan ”wakeitei” Siapa wanita ini.? saya tidak kenal. tidak ada urusan dengan saya, untuk apa mau ikut.? kata mama  bertanya. tapi wanita tersebut cegat  dari belakang katanya.coba kamu ingat, tadi pagi naik ojek dari rumah turun di pasar, bayar ongkos ojek atau tidak..? dan  tebu yang kamu jual dipasar dibeli habis atau tidak.?

soal itu betul. mas  ojek tidak minta ongkos ketika tutun dipasar dan  tebu yang  jual dipasar  dibeli habis, tutur mama sembari memandang wanita yang nekat ikut mama dan anaknya ini.

saya mau  ikut mama ini, tidak ada tujuan lain, saya hanya mau  sampaikan sesuatu dari rumahnya. tutur wanita yang tidak kenal asal usulnya itu. dengar perkataan wanita itu, mama dua anak ini terdiam, dia tidak kuat melihat apalagi  bicara dengannya.

sebelum sampai di pelabuhan, wanita tersebut minta mama Ukago untuk  tidak bayar ongkos speedboat “sebentar kalau penceker minta ongkos, pegang barang ini. nanti penceker tidak akan lihat. kata wanita tersebut sambil berikan daun kering yang ambil dari nokennya.

saya ada uang untuk bayar ongkos, kalau tidak bayar, saya merasa bersalah. apa lagi pendeta dan pastor biasa kotbah di gereja, “berikanlah kepada kaisar. apa yang kaisar punya, dan berikan kepada Allah. apa yang Allah punya”  jadi saya tidak terima barang  jimat ini, tegasnya.


Setelah sampai dipelabuhan wakeitei, sejumlah speedboat kapasitas puluhan penumpang sudah  siap dikali wakei, sesaat lagi antar orang yang mau ke tigi barat.

Tigi barat adalah satu dari lima Kecamatan di Kabupaten Deiyai, tigi barat terdapat puluhan kampung diantaranya kampung tenedagi, gakokebo, Ayatei dan Demago, dan seterusnya

setelah mereka naik di speedboat, penceker mulai  tagih ongkos, satu orang dua puluh ribuh, tapi  penceker tidak minta ongkos ke wanita tersebut, dia bisa lolos dari ceker eeh, tutur mama Ukago merenung.
penceker, pengemudi dan puluhan penumpang belum tahu kalau ada wanita ”aneh” tidak jelas identitasnya sedang duduk manis ditengah mereka dalam speadboat tersebut.

Motamoye, pengemudi  speed boat. mulai star dari pelabuhan wakeitei. keluar dari muara kali wakei. dia hentikan laju dari speedboat untuk berdoa sebelum lepas kecepatan diatas danau tigi.

Tuhan. kami bersyukur karena engkau baik, perjalanan kami dari wakeibado sampai ukagouda. kami serahkan ditangan Tuhan, lingdungi kami agar terhindari dari bahaya. doa singkat dari mama ukago ketika itu.

speed boat dengan kecepatan tinggi, sudah sampai dekat kogeibiyo (goa  yang menjorok keluar dari pulau duamo, duamo terbentang luas ditengah danau tigi). tiba tiba  ketenangan puluhan penumpang terganggu dengan  tiupan angin kencang dari arah selatan (badabouw).

motamoye mulai menepis ” angin dan ombak” yang sedang menampar speedboat karet ini. para penumpang mulai gelisa, Mama Ukago mulai  memeluk anaknya.

Kita jangan takut, kalau kita takut. nanti ombak tambah besar, tutur wanita tersebut. tidak lama kemudian. gejolak yang hantam speedboat perlahan mulai tenang.

danau yang tadinya di buat ombak sesaat jadi redah , angin yang menggoyahkan speedboat, jadi tenang seketika, awan digunung  yukudei dan kemuge juga mulai menghilang.

melihat kejadian tersebut. mama ukago mulai tarik napas, rasa takut yang menghantu, mulai meredah dari padanya, senyum tipis arahkan ke wanita tersebut.

coba kamu lihat ”pelangi  dari tanjung Ukagouda terhubung ke Gunung Deiyai” itu tandanya ada seorang sedang menunggu di pelabuhan untuk bertemu dengan mama.tutur wanita ketika mereka sampai ditengah danau.

Mama ukago  melirik mata ke arah pelabuhan ukagouda, pelangi yang sumbernya dari Deiyai seakan jembatan ”Oneibo” yang menghubungkan kampung meiyepa dan bomou.

Siapa yang  tunggu saya.? Saya tidak kenal dia. untuk apa ketemu.? tidak ada janjian lagi. saya tidak turuti perintahmu, tutur mama menolak bertemu dengan seseorang di Ukagouda.

melihat mama ukago bicara banyak, sebagian penumpang yang ada  dalam speedboat mulai bertanya, mama ini dari tadi sibuk bicara, sebenarnya bicara dengan siapa.?

”asyik bincang dengan wanita tersebut, tidak terasa speed boat yang mesinnya 40pk tersebut. sudah sampai di abaigona “tanjung yang menjorok keluar antara pulau Duamo dan tanjung Ukagouda

pelangi yang tadinya sudah terhubung seakan jembatan, kini mulai menghilang ke arah gunung deiyai.

’’Deiyai adalah nama gunung, salah satu gunung tertinggi setelah gunung Weyland dan Cartenz.  Nama Gunung yang dijadikan nama Kabupaten Deiyai , dalam gunung tersebut ada kali ajaib, menurut cerita yang ada, kali tersebut mengalir  dari bawah muara keatas,orang  yang minum air kali tersebut, bisa berbahasa inggris’’

Kini speed boat sebutan jonson tersebut, mulai mengurangi kecepatan. tidak lama sudah sandar di pelabuhan ukagouda. wanita tersebut ikut mama ukago dan anaknya jalan ke rumah.

” jalan dari ukagouda ke rumah masih berlumpur, tidak seperti sekarang, dulu jalan terusan dari nabire baru masuk di ukagouda, belum lanjut ke Dedoutei dan obaikotu serta ke Aiyatei dan Debey, jalan raya lama baru dibongkar dengan excavator milik PT Modern”
jalan masih berlumpur ini, bagimana kalau kita ikut jalan pintas. tutur wanita menawarkan mama ukago setuju bikin sesuatu supaya dalam sekejab saja mereka bisa sampai dirumah.

saya dan anak biasa jalan kaki, walaupun jalan berlumpur, jadi tidak usah paksakan lagi, cukup tadi  paksakan untuk tidak bayar ongkos, paksa untuk ketemu dengan seseorang dan paksa untuk ikut jalan pintas.

tidak berniat untuk paksa, kasihan mama dan anaknya, makanya saya hanya mau membantu, tutur wanita sambil jalan dari Ukagouda ke Dedoutei lanjut ke rumah.

”sesuda sampai dirumah, wanita tersebut mulai jelaskan maksud kehadirannya. sebenarnya saya hanya jalankan tugas karena saya diutus mengunjungi  orang tertentu, setelah kunjungi ”Elias Bobii Adama, Isaiyas Douw dan Selpius Bobii” kali ini  kunjungannya ke  Mama Ukago.

”kamu kenal Adama Elias Bobii, dia orang tua satu2nya yang disegani, generasi mereka cuma dia yang masih hidup, waktu operasi koteka masuk daerah ini. dia salah satu orang yang menentang kelakuan ukayago (aparat), itu sebabnya, setelah iyowoya (amber) datang kuasai, dia masih pake koteka.

”sementara wanita tersebut, menjelaskan dia pura2 tidak dengar, dia juga buang muka ke arah lain, dia hanya menghindari terjadinya kotak mata, kalau sampai kontak mata bisa terhipnotis.

” Elias bedah dengan Selpius Bobii, menurut wanita ini,  dia anak mudah, kami kenal dia sejak kecil, dia ikut jejak bapaknya yang ditemukan tak bernyawa di sekitar pasar karang karena jalan  berteriak ”merdeka” keliling kota Nabire.

kami tidak mau Selpius juga terjadi seperti bapanya, makanya kami bantu ketika dia jadi Panitia kongres Papua ke-3 yang gelar di Aberpura Jayapura tahun 2012.   waktu itu dia berada ditengah tentara dan polisi, namun tidak ada sentuhan apalagi di pukul, sementara kawan lain ditangkap, dipukul dengan pantat senjata, ditendang dengan sepatu laras panjang, besoknya baru dia menyerahkan diri di penjara bersama rekan seperjuangannya.

sedangkan untuk Isayas, banyak pejabat di meuwodide, cuma dia yang kami kenal. Mama tauhkah.? orang-orang biasa juluki dia ’’uang pudu’’orang akan memilih dia jadi bupati. bupati periode kedua di kabupaten Nabire, kata wanita meyakinkan.
Wanita ini, aneh saja, dari tadi bicara seakan tahu semuanya, sebenarnya siapa dia dan datang dari mana.? pikir mama Ukago sambil meliriknya.

saya datang dari gunung itu, tempat munculnya pelangi tadi. kami punya Istana disana, punya pemerintahan sendiri, pemimpin kami bapak Theys E, kami punya rencana, ditempat ini, didaerah tigi, jantung tanah papua ini. mau wujudkan perkatan  tuan Teneny Mote, Adii Gadity, Kores Pigay, hanya saja kekurangan orang, ada tapi semua pria, wanita cuma saya, makanya saya datang minta bergabung.

bisa bergabung dengan kamu, tapi berat rasanya tinggalkan kedua anakku, apalagi saya sudah rasakan hidup tanpa suaminya, saya tidak mau kisah pahit itu dirasakan oleh anakku, jadi maafkan. Tutu Mama Ukago yang yang ditingal suaminua dua Tahun silam ini. TAMAT..!


Penulis Methu Cs Badii adalah Jurnalis Pemula.