19 Okt 2016

Mama"tidak"Hadir.?


 Oleh Methu Cs Badii,
Pagi itu, hpku  berdering keras, kirain telp masuk, ternyata tidak, bunyi alarm yang diaktivekan sore-nya, nada alarm yang keras membuat saya  kaget bangun,saya teringkat apa yang disampaikan panitia wisuda.

datang tempo ee, jangan  telat, sudah tahukan kota bandung, sering macet  pokoknya, Jam 7:00 pagi,  peserta wisuda harus ada di gedung sabuga, kata  panitia saat gladyresik, digedung  sabuga, tempat wisudah, sarjana, magister dan doktor, Universitas Pasundan (unpas) Bandung.

Saya bergegas mandi, setelah itu, pake baju, kemudian pergi  dari rumah kost, sampai jalan raya, tunggu angkot, angkot tidak ada yang lewat,terpaksa saya panggil  “taxy” yang parkir di pinggir jln. lengkong besar.

mau kemana? tanya sopir,saya mau ke sabuga, kegiatan apa disana? Ada acara wisudah, jawabku, sambil naikan kantong plastik yang berisi perlengkapan wisudah seperti toga,jaz dan dasi dll.

mas wisudah kah? tanya sopir lagi, benar abang, saya wisuda, begitu perbicangan saya dan sopir dalam taxy saat menuju ke gedung sabuga,perjalanan agak lambat, sampai di tamansari, kota bandung, kita terjebak  macet,waktu  sudah menunjukan pukul 6 : 30 Wib.

spoirr lama  ini..? jangan2  saya telat lagi, tanyaku, kita ikut jalan alternatif saja, biar cepat ? Jawab sopir itu,  tak lama kemudian, kita sampai di pintu masuk sabuga.

mau turun dimana? tanya sopir,kas turun saya di halaman sabuga saja. jawabku setelah turun dihalaman gedung sabuga, tampak halaman gedung sabuga dari pagi dipenuhi  motor, mobil yang dipake ribuan wisudawan didampingi orang tuanya.

canda dan tawa, para wisudawan bersama orang tua, terlihat ramai ketika itu, seandainya saja, mama masih hidup, mama bisa hadir, hadir menyaksikan acara wisudah seperti orang tua mereka, tapi sayangnya “peky Maga Adama”tidak ada didunia ini.

dia telah dipanggil “Tuhan” pada satu tahun yang lalu, pikirku ketika melihat kawan lain yang  foto bareng dengan orang tuanya, Methu, teriakan  dari Hanif, sahabat baik dikampus, kamu sendiri kah? mana orang tuanya..? tanya hanif, Saya terdiam.

saya hanya  membayangkang, detik terakhir  Tuhan cabut nyawa “pekei adama” dari salah satu rumah sakit ternama di papua pada tahun 2014.

duka itu terasa benar, tidak mungkin mama kembali, bagaimana tidak, dia pernah berjanji, datang saksikan saya wisuda, tapi janji akhirnya tidak terwujud.Ahh.. kawan, kamu pikir apa…? mana dasi, jazz, toga dll, saya bantu pake, tutur Hanif.

sebelum masuk gedung sebuga, saya segera periksa perlengkapan wisudah, semua sudah lengkap,  tapi ditanganku ada surat undangan, udangan untuk orang tua masuk di tempat wisudah.

kalau “mama” masih hidup, mama bisa hadir, hadir saksikan saya wisudah tapi dia sudah pergi ke miyotemei makiyo, pikirku sambil robek surat undangan tersebut dan buang di tempat sampah.
setelah masuk dalam gedung  sabuga, saya cari tempat duduk, kursi nomor 157 ada di deretan tengah, bersama wisudawan dari fakultas Ilmu sosial dan politik (fisip).

saat memandang kebelakang, tribun kapasitas dua ribuh orang itu, dipenuhi orang tua dari wisudawan, di tengah-tengah mereka, dua kursi tampak kosong, kursi mewakili orang tua saya.

para wisudawan yang masih diluar agar masuk  dalam ruangan, tidak lama lagi,tepat jam 8:30 wib, acara akan dimulai, kata panitia sambil tertibkan suasana tempat wisuda.

rapat senat terbuka  wisuda, s1,s2,s3 gelombang II Tahun Akadmik 2015/2016, segera mulai, kata protokoler sambil bacakan rangkaian acara

Menteri Pemberdayaan, Perempuan dan Anak Republik Indonesia,  Prof.Dr. Yohana Yembise, diundang Rektor Unpas, Prof. Dr.Eddy Yusuf, mengkukuhkan wisudawan dan wisudawati sekalian “pidato ilmiah” ketika itu.

sudah lihat kah, menteri “orang papua”pidato tadi, dia pidato dua bahasa itu,  kamu harus seperti dia, tutur Pak Eddy, Rektor Unpas, sambil pegang "toga" tanda penamatan, tanda berakhirnya lima tahun menimbah ilmu ditanah rantauan, tepatnya di kota bandung, jawa barat.

Usai penamatan, sambil pegang piagam wisudah, saya duduk kembali di kursi, dalam piagam berisi pernyataan bahwa benar mengikuti “upacarah wisudah” yang digelar, kamis, 13 Juni 2015.

selain piagam terlampir juga kertas yang memuat “janji wisudaawan” poin ke 5 (lima) dalam kertas itu, berbunyi menjaga nama baik “Almamater”Universitas pasundan” katanya.

saat baca janji wisudawan, langsung teringat surat pernyataan yang saya buat dalam skirispsi yang berjudul “Kualitas pelayanan publik terhadap kepuasan masyarakat dalam pembuatan e-Ktp (electronik kartu tanda penduduk) pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nabire

Ketika itu, poin 1 (pertama) saya menyatakan “jika suatu saat, kedapatan karya ilmiah atau skripsi yang saya buat ini, ternyata hasil jiplak (kopi paste) maka saya siap cabut gelar  akademik yang  diberikan kampus Unpas Bnadung,jawa Barat (*) Penulis adalah Alumni Universitas Bandung 2015.