Oleh Methu Cs Badii,
Pagi itu, hpku berdering keras, kirain telp masuk, ternyata tidak, bunyi alarm yang diaktivekan sore-nya, nada alarm yang keras membuat saya kaget bangun,saya teringkat apa yang disampaikan panitia wisuda.
Pagi itu, hpku berdering keras, kirain telp masuk, ternyata tidak, bunyi alarm yang diaktivekan sore-nya, nada alarm yang keras membuat saya kaget bangun,saya teringkat apa yang disampaikan panitia wisuda.
datang tempo ee, jangan telat, sudah tahukan kota
bandung, sering macet pokoknya, Jam 7:00 pagi, peserta wisuda harus
ada di gedung sabuga, kata panitia saat gladyresik, digedung
sabuga, tempat wisudah, sarjana, magister dan doktor, Universitas Pasundan
(unpas) Bandung.
Saya bergegas mandi, setelah itu, pake baju, kemudian pergi
dari rumah kost, sampai jalan raya, tunggu angkot, angkot tidak ada yang
lewat,terpaksa saya panggil “taxy” yang parkir di pinggir jln. lengkong
besar.
mau kemana? tanya sopir,saya mau ke sabuga, kegiatan apa
disana? Ada acara wisudah, jawabku, sambil naikan kantong plastik yang berisi
perlengkapan wisudah seperti toga,jaz dan dasi dll.
mas wisudah kah? tanya sopir lagi, benar abang, saya wisuda,
begitu perbicangan saya dan sopir dalam taxy saat menuju ke gedung sabuga,perjalanan agak lambat, sampai di tamansari, kota bandung,
kita terjebak macet,waktu sudah menunjukan pukul 6 : 30 Wib.
spoirr lama ini..? jangan2 saya telat lagi,
tanyaku, kita ikut jalan alternatif saja, biar cepat ? Jawab sopir itu,
tak lama kemudian, kita sampai di pintu masuk sabuga.
mau turun dimana? tanya sopir,kas turun saya di halaman sabuga
saja. jawabku setelah turun dihalaman gedung sabuga, tampak halaman gedung sabuga dari pagi dipenuhi
motor, mobil yang dipake ribuan wisudawan didampingi orang tuanya.
canda dan tawa, para wisudawan bersama orang tua, terlihat ramai ketika itu, seandainya saja, mama masih hidup, mama bisa hadir, hadir menyaksikan acara wisudah seperti orang tua mereka, tapi sayangnya “peky Maga Adama”tidak ada didunia ini.
canda dan tawa, para wisudawan bersama orang tua, terlihat ramai ketika itu, seandainya saja, mama masih hidup, mama bisa hadir, hadir menyaksikan acara wisudah seperti orang tua mereka, tapi sayangnya “peky Maga Adama”tidak ada didunia ini.
![](https://3.bp.blogspot.com/-5gJS6fJyCgY/WAdIPpwmRqI/AAAAAAAAA7I/1N9X2WwFmx0x7GLTQsj93s8bsdo5iMz2wCLcB/s320/20150613_123608.jpg)
saya hanya membayangkang,
detik terakhir Tuhan cabut nyawa “pekei adama” dari salah satu rumah
sakit ternama di papua pada tahun 2014.
duka itu terasa benar, tidak mungkin mama kembali, bagaimana
tidak, dia pernah berjanji, datang saksikan saya wisuda, tapi janji akhirnya
tidak terwujud.Ahh.. kawan, kamu pikir apa…? mana dasi, jazz, toga
dll, saya bantu pake, tutur Hanif.
sebelum masuk gedung sebuga, saya segera periksa
perlengkapan wisudah, semua sudah lengkap, tapi ditanganku ada surat
undangan, udangan untuk orang tua masuk di tempat wisudah.
kalau “mama” masih hidup, mama bisa hadir, hadir saksikan saya
wisudah tapi dia sudah pergi ke miyotemei makiyo, pikirku sambil robek surat undangan tersebut dan buang di tempat sampah.
setelah masuk dalam gedung sabuga, saya cari tempat
duduk, kursi nomor 157 ada di deretan tengah, bersama wisudawan dari fakultas
Ilmu sosial dan politik (fisip).
saat memandang kebelakang, tribun kapasitas dua ribuh orang
itu, dipenuhi orang tua dari wisudawan, di tengah-tengah mereka, dua kursi
tampak kosong, kursi mewakili orang tua saya.
para wisudawan yang masih diluar agar masuk dalam
ruangan, tidak lama lagi,tepat jam 8:30 wib, acara akan dimulai, kata panitia
sambil tertibkan suasana tempat wisuda.
“rapat senat terbuka wisuda, s1,s2,s3 gelombang II
Tahun Akadmik 2015/2016, segera mulai, kata protokoler sambil bacakan rangkaian
acara”
Menteri Pemberdayaan, Perempuan dan Anak Republik
Indonesia, Prof.Dr. Yohana Yembise, diundang Rektor Unpas, Prof. Dr.Eddy
Yusuf, mengkukuhkan wisudawan dan wisudawati sekalian “pidato ilmiah” ketika
itu.
sudah lihat kah, menteri “orang papua”pidato tadi, dia pidato dua bahasa itu, kamu harus
seperti dia, tutur Pak Eddy, Rektor Unpas, sambil pegang "toga" tanda
penamatan, tanda berakhirnya lima tahun menimbah ilmu ditanah rantauan,
tepatnya di kota bandung, jawa barat.
Usai penamatan, sambil pegang piagam wisudah, saya duduk
kembali di kursi, dalam piagam berisi pernyataan bahwa benar mengikuti
“upacarah wisudah” yang digelar, kamis, 13 Juni 2015.
selain piagam terlampir juga kertas yang memuat “janji wisudaawan”
poin ke 5 (lima) dalam kertas itu, berbunyi menjaga nama baik
“Almamater”Universitas pasundan” katanya.
saat baca janji wisudawan, langsung teringat surat
pernyataan yang saya buat dalam skirispsi yang berjudul “Kualitas pelayanan publik terhadap kepuasan masyarakat
dalam pembuatan e-Ktp (electronik kartu tanda penduduk) pada Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil Kabupaten Nabire”
Ketika itu, poin 1 (pertama) saya menyatakan “jika suatu
saat, kedapatan karya ilmiah atau skripsi yang saya buat ini, ternyata hasil
jiplak (kopi paste) maka saya siap cabut gelar akademik yang
diberikan kampus Unpas Bnadung,jawa Barat (*) Penulis adalah Alumni Universitas Bandung 2015.